Judul : ISMAYA MAITRI
Media : acrilyc di atas kain 60 X 60cm
Disajikan pada pameran di Gallery Bandung
Konsep karya
Manusia ditakdirkan menjadi makhluk yang dibekali akal-perasaan-dan naluri yang melekat menjadi bagian dari dirinya. Struktur tubuh yang sangat rumit dari susunan tulang dan daging, membuat manusia mesti mampu untuk mempeertahankan hidupnya. Keunggulan darinya adalah kemampuan untuk mengembangkan akal dan perasaannya menjadi sesuatu yng dapat menopang kebutuhan hidupnya. Dengan begitu, upaya mempertahankan hidup pun tidak lagi sebatas mengadalkan kekuatan fisiknya belaka.
Sosok Semar sebagai salah satu tokoh dalam pewayangan, juga dikenal dengan nama Betara Ismaya, saudaranya Betara Manikmaya, beristrikan Dewi Kanastren. Ia seorang Dewa yang menitis dan bersifat sabar, pengasih, tidak pernah susah atau mengeluh. Perwatakan semacam itu justru direfleksikan dalam perautan yang agak selimpang, jelek, dan tak terpandang. Sebagai sosok dewa, Semar juga merupakan pengayom serta seorang hamba. Petanda serta symbol dari sifat kemuliaan tersebut bagi kalangan pecinta wayang bukanlah hal baru. Dari sosok demikian pulalah tidak sedikit orang untuk merujuk dan meminjam pemaknaan tersebut guna keberadaannya di tengah masyarakat. Sisi lain dari keunikan yang nampak adalah cara berkehidupan melalui sikap komunitas, sikap kebersamaan yang dilandasi jalinan membela tata kehidupan yang berkesinambungan. Tata kehidupan menjadi penting artinya serta menuntut adanya pengorbanan.Saat manusia mencari kesejahteraan bagi kehidupannya berbagai kiat untuk memanfaatkan sumber alam merupakan sebentuk dari upaya manusia yg mesti dibarengi kerja keras dan pegorbanan Semua itu merupakan petanda bahwa kehidupan dan hidup senantiasa penuh dengan perjuangan, sarat tantangan, bahkan memerlukan kerja kreatif yang di lengkapi semangat. Namun demikian, sifat takabur, kesombongan, keangku-han atau egois adalah sesuatu yang tidak disiratkan pada sosok Semar.
Perautan yang dapat diangkat dari fenomena hidup dan kehidupan itu; adalah makna semangat, kerja keras, bentangan peluang dan harapan berikut secercah bayangan masa depan. Nuansa warna cerah, goresan garis melentur dan tebaran barik; mengantar cerapan tentang derap hidup dan rentangan ke- hidupan yang tak pernah dapat diprediksikan secara utuh. Ada semacam alur dari raut dan pewandaan sosok Semar tersebut. Seperti sebuah ikon tentang perwatakan manusia, saya mengangkat tokoh tersebut dalam satu bentangan ruang wan waktu. Perupaan mendatar dan horizontal, pewarnaan bernuansa lunak dan torehan garis adalah satu stilasi dari konsep tersebut dalam satu satuan karya saya. Ungkapan atas cerapan saya itu saya tuangkan ke dalam lembar kain katun dengan pewarnaan akrylik dan saya sebut sebagai gambar beber. Sebutan ini saya berikan atas dasar bahwa media serta cara garap yang diterapkan pada karya ini condong merujuk pada konsep wayang beber yang pada saat ini mengalami masa kemusnahan.
Sosok Semar sebagai salah satu tokoh dalam pewayangan, juga dikenal dengan nama Betara Ismaya, saudaranya Betara Manikmaya, beristrikan Dewi Kanastren. Ia seorang Dewa yang menitis dan bersifat sabar, pengasih, tidak pernah susah atau mengeluh. Perwatakan semacam itu justru direfleksikan dalam perautan yang agak selimpang, jelek, dan tak terpandang. Sebagai sosok dewa, Semar juga merupakan pengayom serta seorang hamba. Petanda serta symbol dari sifat kemuliaan tersebut bagi kalangan pecinta wayang bukanlah hal baru. Dari sosok demikian pulalah tidak sedikit orang untuk merujuk dan meminjam pemaknaan tersebut guna keberadaannya di tengah masyarakat. Sisi lain dari keunikan yang nampak adalah cara berkehidupan melalui sikap komunitas, sikap kebersamaan yang dilandasi jalinan membela tata kehidupan yang berkesinambungan. Tata kehidupan menjadi penting artinya serta menuntut adanya pengorbanan.Saat manusia mencari kesejahteraan bagi kehidupannya berbagai kiat untuk memanfaatkan sumber alam merupakan sebentuk dari upaya manusia yg mesti dibarengi kerja keras dan pegorbanan Semua itu merupakan petanda bahwa kehidupan dan hidup senantiasa penuh dengan perjuangan, sarat tantangan, bahkan memerlukan kerja kreatif yang di lengkapi semangat. Namun demikian, sifat takabur, kesombongan, keangku-han atau egois adalah sesuatu yang tidak disiratkan pada sosok Semar.
Perautan yang dapat diangkat dari fenomena hidup dan kehidupan itu; adalah makna semangat, kerja keras, bentangan peluang dan harapan berikut secercah bayangan masa depan. Nuansa warna cerah, goresan garis melentur dan tebaran barik; mengantar cerapan tentang derap hidup dan rentangan ke- hidupan yang tak pernah dapat diprediksikan secara utuh. Ada semacam alur dari raut dan pewandaan sosok Semar tersebut. Seperti sebuah ikon tentang perwatakan manusia, saya mengangkat tokoh tersebut dalam satu bentangan ruang wan waktu. Perupaan mendatar dan horizontal, pewarnaan bernuansa lunak dan torehan garis adalah satu stilasi dari konsep tersebut dalam satu satuan karya saya. Ungkapan atas cerapan saya itu saya tuangkan ke dalam lembar kain katun dengan pewarnaan akrylik dan saya sebut sebagai gambar beber. Sebutan ini saya berikan atas dasar bahwa media serta cara garap yang diterapkan pada karya ini condong merujuk pada konsep wayang beber yang pada saat ini mengalami masa kemusnahan.
.jpg)
0 komentar:
Posting Komentar