Selasa, 13 Desember 2011

POHON HAYAT

Judul : POHON HAYAT - 2004

Media : acrilyc di atas kain 200 X 80cm

Disajikan di Gallery Bandung


Konsep karya

Jagad raya dan seisinya merupakan bukti nyata dari keagungan Sang Pencipta dengan segala kebesaran serta kemulian-Nya. Nenek moyang kita sangat tanggap atas kenyataan itu, karenanya beragam cara untuk menyatakan makna itu dilakukan; baik yang bersifat oral mau pun di suratkannya ke dalam perupaan. Salah satu wujud dari pernyataan itu nampak pada sekian banyak jenis pohon-hayat yang menggambarkan tentang kehidupan di alam ini. Paling tidak ada konsep-tiga dan juga konsep-lima; keduanya mencerminkan ikhwal jagad raya berikut tata kehidupan di dalamnya.
Pada konsep-tiga; terutama yang berlaku di Jawa/Indonesia dikenali dengan pembagian ranah yang terdiri dari alam bawah, alam tengah, dan alam atas. Setiap ranah diwakili dengan icon-icon yang bersifat suatu perlambangan, baik berupa binatang, tetumbuhan, khewan ber kaki, manusia, serta makhluk lain. Pola pikir yang menjadi dasar di dalam menjabarkan semesta itu nampak lekat korelasinya dengan konsep kosmologi. Ada pun konsep-lima yang cenderung pada satu penyikapan terhadap matra kehidupan. Semua itu menunjukan akan adanya suatu daya alam terhadap kehidupan.
Konsep kehidupan yang menyiratkan dinamika, dapat digambarkan dengan sosok kuda, seperti halnya simbol kuda bagi beberapa suku bangsa lain. Ada pun sosok kinara-kinari; merupakan penggambaran atas pelindung kehidupan, pelindung kebenaran dan kesucian. Sosok yang menggambarkan khewan nirwana, adalah sesuatu wujud yang merepresentasikan daya perlindungan.
Penggambaran konsep jagad-raya itu sebenarnya sangat rumit, namun dari kerumitannya itu pula dapat diangkat beberapa wujud essensial yang mewakili. Dengan cerapan darinya pulalah, stilasi, distorsi dan juga penggambaran alam makro menjadi objek yang diangkat sebagai pokok pada lukisan ini. Ada semacam keterangkaian antara yang me-nyiratkan makna dengan yang membawakan gugahan bentuk di dalam nya. Penerapan warna cenderung memilih dan merujuk pada warna alami, tanpa menekankan watak yang bersifat cengkah atau kontras.
Pemaknaan dengan wujud atau perautan di luar keadaan sebenarnya atau condong berangkat dari sesuatu yang maya, nampak demikian kuat serta berciri khusus. Dengan amatan ini pulalah, sosok binatang, wujud pohon, jenis dedaunan, bahkan raut air, awan serta cahaya di rangkai menjadi satuan yang lebih menekankan pada ciri kemayaan.

0 komentar:

Posting Komentar